PROBLEMATIKA UMMAT ISLAM

PROBLEMATIKA UMMAT ISLAM
Setiap muslim harus dapat memahami dengan benar nilai-nilai yang terkandung dalam Dinul Islam serta menghayatinya. Selanjutnya, ia harus mampu mengimplementasikan nilai-nilai tersebut ke dalam seluruh ruang kehidupannya. Ia harus tunduk dan menyerah kepada Allah SWT, baik lahir maupun batin, dengan melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan demikian, ia telah memasuki rumah Islam secara kaaffah (sempurna): tidak ada sisi kehidupannya yang tidak ia warnai dengan nilai-nilai luhur Islam. Oleh karenanya, Allah berfirman dalam sebuah ayat-Nya, sebagai berikut.
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.” (al-Baqarah: 208)
Di saat seorang Muslim mampu menerapkan syariat Allah dalam seluruh dimensi kehidupannya: aqidah, ibadah, akhlak, politik, ekonomi, pendidikan, militer, dan sosial budaya, maka ia menjadi salah satu dari “khairu ummat”. Ia termasuk golongan “ummatan wasathan” (umat yang selalu menegakkan nilai kebenaran dan keadilan), dan niscaya ia menjadi salah satu dari “al-Mu’minuuna haqqan” (manusia-manusia Mukmin yang sebenarnya). Inilah identitas seorang muslim apabila telah mampu menyerap seluruh nilai-nilai Islam dalam ruang kehidupannya. Perhatikanlah beberapa ayat Allah di bawah ini.
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.…” (al-Baqarah: 143)
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.…” (Ali ‘Imran: 110)
“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang Muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki (nikmat) yang mulia.” (al-Anfaal: 74)
Di sini, seorang Muslim memiliki izzah (kemuliaan) dan kekuatan di hadapan manusia-manusia lain. Sebab, izzatul-Islam dan kemuliaan kaum Muslimin tidak mungkin dicapai kecuali dengan kembali kepada ajaran Islam itu sendiri, yaitu dengan mengaplikasikan nilai-nilainya dalam setiap dimensi kehidupan. Umar bin Khaththab r.a. berkata, “Kami dahulu adalah kaum yang paling hina, lalu Allah menjadikan kami mulia dengan Islam. Jadi, manakala kita mencari kemuliaan dengan selainnya, yang Allah menjadikan kita mulia dengannya, maka Allah tentu akan menjadikan kita hina” (dikeluarkan oleh al-Hakim dalam Al-Mustadrak dan disepakati pula oleh adz-Dzahabi dalam Talkhis-nya).
Namun fenomena indah yang digambarkan ayat-ayat Allah di atas, dewasa ini semakin tidak nampak, cahaya keindahan nilai-nilai Islam dari ke hari semakin redup dan bahkan sirna sama sekali dan menghilang dari ruang kehidupan ummat. Ummat mulai kehilangan arah tujuan hidup dan bahkan sebagian mereka telah menggantikan nilai-nilai Islam dengan nilai-nilai jahiliah.
Di sisi lain, virus-virus moral, budaya dan tsaqofah islamiah yang pernah diwariskan para orientalis dan penjajah masih tumbuh kuat dalam jiwa ummat ini. Dan nilai-nilai ini terus mengakar dalam kehidupan ummat sampai saat ini. Begitu juga kekuatan-kekuatan musuh Islam skala internasional seperti Fremansory, Lion Club, Rotary Club dan LSM-LSM lain yang memiliki tujuan membrangus nilai-nilai Islam terus bergerak ke jantung ummat. Sementara ummat semakin asing dengan nilai-nilai agamanya sendiri dan tidak berdaya berhadapan dengan tantangan-tantangan global.
Oleh karenanya, untuk mengantisipasi merebaknya virus-virus ummat dan gerakan musuh-musuh Islam, kita bisa memulainya dengan meyakini kembali nilai-nilai kebenaran Islam dan menyerapnya ke dalam seluruh ruang kehidupan. Dengan keyakinan ini, diharapkan dalam diri kita lahir kembali kesadaran penuh tentang agama ini, dan selanjutnya bertebaran buah amal islami di bumi kehidupan kita.
II.    PERSOALAN INTERNAL UMMAT
Problem yang dihadapi ummat Islam dewasa ini meliputi seluruh dimensi kehidupan. Persoalan-persoalan inilah yang mengakibatkan ummat mengalami stagnasi dalam segala bidang dan akhirnya sangat mudah ummat Islam terjebk dalam jaring-jaring persengkongkolan atau konspirasi musuh-musuh Islam. Keloyoan, kelemahan dan keterbelakangan yang ada dalam tubuh ummat Islam dewasa ini menyebabkan mereka tidak merasa memeliki izzah kembali dengan nilai-nilai luhur yang pernah dipegang oleh Salaf sholeh sebelumnya. Persoalan dan problematika ummat saat ini bisa kita konklusikan dalam beberapa point-point berikut ini;
•    Iman
Apabila manusia muslim imannya lemah ia tidak akan pernah merasakan nikmatnya iman tersebut. Ia senantias terombang-ambing dalam panggung kehidupannya dan ia tidak memiliki jati diri lagi sebagai muslim yang sebenarnya. Sebaliknya manusia muslim yang memiliki kekuatan iman yang sebenarnya bukan hanya sebatas keyakinan saja, ia akan mersa ketentraman, kedamaian, percaya diri dan bahkan mampu melukiskan karya-karya besar dalam kanvas kehidupannya. Dan inilah hamba-hamba Allah yang dijanjikan mewarisi bumiNya. Perhatikan ayat-ayat berikut ini;
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.”
(an-Nuur: 55)
“Yang selalu merasakan nikmat iman dalah orang rela menjadikan Allah sebagai Robb, menjadikan Islam sebagai agama dan Muhamad sebagai Nabi.” (HR. Muslim)
“Tiga perkara yang dimana seseorang memilikinya maka ia akan merasakan manisnya iman, Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari pada yang lain, Seorang yang mencintai orang lain, ia tidak mencintainya kecuali Allah dan orang yang benci dikembalikan ke dalam kekufuran sebgaimana ia benci dilemparkan ke dlam api neraka.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
•    Ibadah dan Akhlak
Melemahnya ibadah dan akhlak di kalangan ummat Islam akan mengakibatkan ketidakberdayaan ummat mempertahankan eksistensi dirinya di dunia ini. Padahal setiap ibadah yang diwajibkan Islam kepada ummatnya mengandung nilai-nilai filosofis yang tinggi dan nilai-nilai akhlak yang luhur. Perhatikan beberapa ayat-ayat Allah SWT berikut ini;
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab  (Al  Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar…” (al-‘Ankabuut: 45)
“Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.” (al-Hajj: 77)
“Umar bin Khattab ra berkata dalam suratnya kepada Amr bin al-Ash, “Wahai Amr, sesungguhnya kita hanya dapat menglahkan orang-orang kafir itu karena ketakwaan kita dan kekafiran mereka. Maka ketika kita berdosa kepada Allah, tiada lagi sumber kemenangan yang kita miliki, sebab-sebab orang-orang kafir selalu melebihi kita dalam sarana perang dan jumlah pasukan. Maka, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa.”
Jauhnya generasi muda Islam dari agamanya merupakan cita-cita tinggi yang diimpikan oleh para orientalis yang notabane menjadi musuh-musuh besar Islam. Samuel Zweimer, Direktur organisasi missi pada konferensi para misionaris di kota Al-Quds tahun 1935 berkata, “Misi utama yang dibebankan negara-negara Kristen kepada kita bukanlah menjadikan kaum muslimin sebagai orang Kristen, karena hal itu adalah soal hidayah dan kemuliaan. Misi utama kita ialah mengeluarkan muslim dari ajaran Islam, agar menjadi orang yang tidak memiliki hubungan lagi dengan Allah, sehingga ia tidak mempunyai ikatan akhlak sebagai pegangan hidup umat Islam….”
Yang akhirnya mereka menyaksikan generasi-genarasi muda muslim terombang-ambing dalam dunia maya kemaksiatan, mengekor pada permainan libido yang menguasai seluruh ruang kejiwaannya dan jauh dari akhlak mulia Islam. Allah berfirman;
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.” (Maryam: 59)
•    Sosial
Beberapa persoalan yang terus terjadi dan menghantui kehidupan social ummat adalah hilangnya persatuan, masalah seksual, narkoba, Perdagangan ABG dan kemaksiatan-kemaksiatan lain yang semakin marak dewasa ini. Perhatikan beberapa peringatan dari ayat-ayat Allah dan hadits Nabi;
“Dan ta’atlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (al-Anfaal: 46)
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (al-Israa’: 32)
“Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).” (al-Maaidaah: 91)
عَنْ عَبْدِ اللهِ ْبنِِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ َيقُوْلُ يَا مَعْشَرَ اْلمُهَاجِرِيْنَ حِصَالٌ خَمْسٌ إِنْ اُبْتُلِيْتُمْ  ِبهِنَّ وَنَزَلْنَ بِكُمْ أَعُوْذُ بِا للهِ أَنْ تُدِْركُوْهُنَّ لَمْ تَظْهَرْ فَاحِشَةٌ ِفيْ قَوْمٍ قَطُّ حَتَّى يُعْلِنُوْا بِهَا إِلاَّ  فَشَا فِيْهِمْ اَلأَوْجَاعُ اَلَّتِي لَمْ تَكُنْ فِيْ أَسْلاَفِهِمْ ولَمْ يَنْقُصُوْا الْمِكْيَالَ وَاْلمِيْزَانَ إِلاَّ أُخِذُوْا بِالِّسِنْينَ وَشِدَّةِ اْلمُؤْنَةِ وَجَوِْر الُّسلْطَانِ وَلمْ يَنْقُضُوْا عَهْدَ اللهِ وَ عَهْدَ َرسُوْلِهِ إِلاَّ سُلِّطَ عَلَيْهِمْ اْلعَدُوُّ مِنْ غَيْرِهِمْ فَأَخَذَ بَعْضَ مَا فِيْ أَيْدِيْهِمْ ولَمْ يَمْنَُوْا زَكَاةَ أَمْوَاِلهِمْ إِلاَّ مُنِعُوْا القُطْرَ مِنَ السَّمَاءِ وَلََوْلاَ الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوْا وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللهِ إِلاَّ جُعِلَ بَأْسُهُمْ بَيْنَهُمْ رَوَاهُ التُرْمُذِيْ  وَابْنُ مَاجَةَ وَاْلَبْيَهِقْي
Dari Abdillah ibnu Umar  ra. berkata, “Rasulullah saw. telah bersabda, ‘Wahai, Kaum Muhajiriin,  ada lima hal yang aku khawatirkan jika menimpa serta menguji kalian, dan aku berlindung kepada Allah semoga kalian tidak mendapatkannya. Tidaklah perzinahan merajalela pada suatu kaum hingga mereka melakukannya secara terang-terangan, kecuali akan  menyebar  penyakit-penyakit yang belum pernah terjadi pada umat yang sebelumnya, dan tidaklah mereka mengurangi timbangan dan takaran, kecuali akan ditimpa  paceklik serta mahalnya harga kehidupan ditambah dengan pemimpin yang tiran…” (HR. Turmudzi dan Ibnu Majah)
•    Pendidikan, Pembinaan, dan Dakwah
Rasulullah saw. diutus ke bumi dengan mengemban misi khusus yaitu membacakan ayat-ayat, mentazkiah dan mengajarkan Al-Kitab dan Al-Hikmah kepada ummatnya agar mereka memahami visi dan misi kehidupannya, agar mereka melek peradaban yang ada di sekitarnya dan agar mereka menjadi saksi-saksi kebenaran dan kebaikan atas umat yang lain.
Maka ketika ta’lim dan tarbiah (pendidikan dan pembinaan) yang sesuai dengan minhaj salaf sholih tidak dilirik kembali oleh ummat Islam dan bahkan ditinggalkan sama sekali, niscaya akan muncul syubhat pemikiran di tengah-tengah ummat, merajalelanya syahwat yang mendominasi dalam kehidupan dan kebodohan mewarnai masyarakat. Inilah fenomena masyarakat muslim ketika tarbiah, ta’lim dan dakwah tidak berperan lagi dalam masyarakat sebagaimana yang diisyaratkan ayat ini;
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.” (Maryam: 59)
Oleh karenanya, Allah menyeru kepada setiap mukmin untuk selalu melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar.
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Ali ’Imran: 104)
•    Ilmu Pengetahuan dan Tsaqafah Islamiyah
Kekuatan yang dimiliki ummat dan kemenangan yang selalu dijanjikan Allah SWT kepada mereka, bukan hanya bertumpu pada sisi aqidah atau ibadah saja dan tanpa diiringi dengan ilmu pengetahuan Islam dan ekspansi kebaikan atau amal islami dalam kehidupannya. Namun, kekutan dan kemenangan itu tegak kokoh di atas tiga pilar yang satu sama lain tidak boleh terpisahkan yaitu, iman, ilmu dan amal (ibadah), dan saat ini, ketika ummat mulai meninggalkan tsaqafah islamiah dan ilmu pengetahuan lainnya yang bermanfaat, maka kekuatan dan kemenangan tersebut berangsur-angsur akan hilang dan pada akhirnya digantikan dengan ketidakberdayaan serta kelemahan. Sebagaimana Allah nyatakan dalam firman-Nya.
“…Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima  pelajaran.” (az-Zumar: 9)
“…niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (al-Mujaadilah: 11)
mengenai hal ini, Imam Syafi’i berkata, “Sesungguhnya jati diri seorang pemuda—demi Allah—ada dalam ilmu dan ketakwaannya. Apabila keduanya tidak ada dalam dirinya, maka ia bukanlah pemuda sebenarnya.”
•    Politik dan Hukum
Dalam masalah politik dan hukum,  kita bisa merenungkan beberapa ayat Allah dan hadits nabi, sebagaimana berikut ini.
“…Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” (al-Maa-idah: 44)
“…Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.” (al-Maa-idaah: 45)
“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (al-Maa-idaah: 50)
“…Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.” (al-Baqarah: 85)
وَلمْ يَنْقُضُوْا عَهْدَ اللهِ وَ عَهْدَ َرسُوْلِهِ إِلاَّ سُلِّطَ عَلَيْهِمْ اْلعَدُوُّ مِنْ غَيْرِهِمْ فَأَخَذَ بَعْضَ مَا فِيْ أَيْدِيْهِمْ ولَمْ يَمْنَُوْا زَكَاةَ أَمْوَاِلهِمْ إِلاَّ مُنِعُوْا القُطْرَ مِنَ السَّمَاءِ وَلََوْلاَ الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوْا وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللهِ إِلاَّ جُعِلَ بَأْسُهُمْ بَيْنَهُمْ (رواه الترمذي)
“…Tidaklah mereka melanggar perjanjian dengan Allah  dan rasul-Nya,  kecuali mereka akan dikuasai oleh musuh dari luar  yang akan mengambil sebagaian harta yang mereka miliki, dan tidaklah mereka menahan diri dari menunaikan kewajiban zakat harta mereka, kecuali  mereka akan terhalang dari curah hujan, dan seandainya saja tidak ada binatang ternak niscaya tidak akan turun hujan kepada mereka. Adapun  selama para pemimpin mereka tidak berhukum dengan Kitab Allah, maka konflik dan pertempuran akan terjadi diantara mereka.” (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
•    Militer
Ummat Islam dewasa ini tidak memiliki kekuatan militer yang ditakuti dan diperhitungkan musuh-musuh Islam. Keberadaan kekuatan militer sangat diperlukan untuk meninggikan kalimat Allah dan menebarkan nilai-nilai kebenaran dan kebaikan di tengah-tengah manusia, sebagaimana yang terjadi pada masa-masa kejayaan Islam. Di masa itu, banyak bangsa-bangsa lain yang sangat merindukan kehadiran militer Islam di tengah-tengah mereka untuk melindungi dan mengayomi mereka, seperti kisah Sa’ad bin Abu Waqqas yang menarik pasukannya dari wilayah kekuasaannya.  Karena, wilayah itu tidak mungkin lagi dipertahankan oleh beliau dan ia mengembalikan semua upeti yang ditarik dari penduduk setempat pada waktu itu. Inilah kesan militer yang damai, menjunjung nilai keadilan dan menegakkan hak-hak rakyat
Selanjutnya, ummat kehilangan identitasnya sebagai khairu ummat, ummatan wasathan, serta syuhada ‘ala an-naas, dan sebaliknya menjadi ummat yang terbelakang dan kekuatan tidak diperhitungkan lagi oleh musuh-musuh Islam. Kekutan dan kualitas mereka bak “ghutsa” (buih) di lautan. Rasulullah bersabda dalam hadistnya.
“Nanti ummat ini akan dikepung oleh bangsa-bangsa lain. Sebagaimana orang yang makan itu mengepung nampan nasinya. Sebagian shbat bertnya: “Apakah jumlah kita sedikit pada waktu itu? Beliau menjawab: “Tidak, bahkan jumalah kamu banyak sekali pda waktu itu, akan tetapi (kualitas) kamu seperti buih, buih arus. Dan sungguh Allah akan mencabut dari jiwa musuh-musuh kamu rasa takut dari kamu. Dan selanjutnya Dia menanamkan penyakit “wahn” pada hati kamu. Sebagian sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apa wahn itu? Beliau bersabda: “Hubbud dunya (cinta dunia) dan benci kematian.” (HR. Abu Daud dan Ahmad)
Fenomena di atas bermuara pada kecendrungan manusia yang suka menyimpang dan berpaling dari kebenaran, watak manusia yang selalu menentang ayat-ayat Allah kerena kebodohannya dan hawa nafsu yang mendominasi kehidupannya. Hal ini sebagaimana yang jelaskan ayat-ayat quraniah berikut ini;
“Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.” (ash-Shaff: 5)
“Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku)  mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus memenempuhnya.  Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya.” (al-A’raaf: 146)
“Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada duniadan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya sepertianjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami.  Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. ” (al-A’raaf: 176)
III.    PROBLEMATIKA KONTEMPORER
Problematika-problematika ummat, yang sifatnya kontemporer, bisa diklasifikasikan menjadi tiga bagian.
Ø    Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di tubuh ummat.
Ø    Penyakit ummat sebagai dampak dari penjajahan.
Ø    Kekuatan musuh dengan gerakan “Ghazwul Fikr”.
•    Penyimpangan-penyimpangan
Penyimpangan dan kesewenang-wenangan yang terjadi dalam tubuh ummat ini, bisa disebabakan oleh kekuasan tangan-tangan besi dan tiran, bisa muncul dari sebuah kebaikan yang semu, bisa lahir dari kelompok penyeru dan para du’at yang mempunyai kepentingan-kepentingan pribadi dan bisa lahir pula dari diri seorang muslim yang telah terjangkit virus-virus iaman dan moral. Hal ini bisa kita perhatikan dari beberapa Hadits Rasulullah sebagai berikut;
“Muncul masa kenabian selama masa yang Allah kehendaki, kemudian berakhir. Kemudian, muncul masa khilafah yang lurus selama masa yang Allah kehendaki, kemudian berakhir. Selanjutnya muncul raja-raja secara turun-temurun selama masa yang Allah kehendaki, kemudian berakhir. Lalu muncul masa kediktatoran selama masa yang Allah kehendaki, kemudian berakhir. Kemudian akan muncul masa kekhilafahan yang lurus kembali yang tegak di atas minhaj nubuah yang meliputi seluruh dunia.”
Hudzaifah bin al-Yaman berkata, “Semua manusia bertanya kepada Rasulullah saw. tentang kebaikan, sementara aku bertanya kepada beliau tentang keburukan yang mana aku takut menemuinya. Aku bertanya: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami dulu berda dalam kejahiliaan dan keburukan, lalu Allah memberikan kepada kami kebenaran ini. Maka apakah setelah kebaikan ini akan muncul keburukan? Beliau menjawab: “Ya”. Aku bertanya kembali: “Dan apakah setelah keburukan ini akan ada kebaikan kembali? Beliau menjawa: “Ya, (akan tetapi) di dalamnya ada kerusakan.” Aku bertanya: “Apa kerusakannya?” Beliau menjawab: “Kaum yang menunjukkan dengan selain petunjukku, kamu mengenal mereka dan kamu juga mengingkarinya.” Aku bertanya kembali: “Maka apakah setelah kebaikan yang demikian ini ada keburukan lagi?” Beliau menjawab: “Ya, para da’I yang berada di pintu-pintu Jahannam, barang siapa yang meresponnya maka ia akan terjerumus di dalamnya.” Aku bertanya: “Wahai Rasulullah jelaskan kepada kami sifat-sifat mereka. Beliau bersabda: “Mereka dari jenis kulit (golongan) kita dan mereka berkata dengan lisan-lisan kita.” Aku berkata: “Apa yang Engkau intruksikan kepadaku apabila menemuiku? Beliau bersabda: “Kamu harus bergabung bersama jamaatul muslimin dan imam mereka.” Aku bertanya kembali: “Kalau sekiranya tidak ada jamaah dan imam? Beliau berkata: “Jauhilah semua firqoh yang ada, meskipun kamu menggigit akar pohon sampai datangnya kematian dan kamu tetap begitu.” (HR. al-Bukhari)
وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللهِ إِلاَّ جُعِلَ بَأْسُهُمْ بَيْنَه (رواه الترمذي)
“…ِAdapun  selama para pemimpin mereka tidak berhukum dengan Kitab Allah, maka konflik dan pertempuran akan terjadi diantara mereka.” (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Beberapa hadits di atas, menjelaskan kepada kita tentang fitnah, penyimpangan, dan kesewenangan yang harus dihadapi umat ini ke depan, sebagaimana disebutkan di bawah ini.
Pertama, Penguasa diktator.
Mereka muncul setelah tumbangnya Khilafah Utsmaniah pada tahun 1924, dan mereka semua menjadi boneka-boneka musuh Islam seperti Musthafa Kamal at-Taturk, yang dengan gerakan westernisasinya, dijuluki Bapak Turki, padahal ia adalah orang yang pertama kali menghancurkan pilar-pilar dan simbol-simbol Islam setelah runtuhnya Khilafah Islamiah di Turki. Selain Musthafa, ada banyak deretan nama dari para penguasa diktator ini, yaitu sebagai berikut: Jamal Abdun Nashr, Husni Mubarak, Hafidz asad, Shaddam Husain, dan beberapa penguasa lain yang saat ini memegang kekuasan di dunia Islam
Kedua, Kebaikan yang berpenyakit
Manusia-manusia munafik yang menampakkan kebaikan secara lahiriah, tetapi dalam jiwanya bersemayam kebencian, kedengkian, dan keinginan untuk merusak. Manusia-manusia ini banyak kita jumpai di tengah-tengah masyarakat muslim. Ketika mereka melakukan ekspansi kebaikan, mereka melakukannya bukan karena ikhlas untuk Allah SWT, tetapi karena kepentingan-kepentingan pribadi yang disembunyikan. Oleh karenanya, Rasulullah saw.mengomentari mereka dengan sabdanya, “Mereka berjalan tanpa petunjukku, dan tidak pernah menjalankan sunnahku.”
Ketiga, Para penyeru Neraka Jahannam
Tantangan berikutnya yang harus dihadapi ummat ini adalah muncul para da’i gadungan, yaitu da’i yang menjerumuskan umat. Mereka bukannya membimbing manusia ke jalan yang benar, jalan kebaikan, jalan persatuan dan jalan kedamaian, tetapi mengajak umat untuk berjuang mempertahankan kepentingan-kepentingan pribadi, menyeru kepada perpecahan, keonaran, dan kerusakan. Rasulullah menjuluki mereka sebagai da’i-da’i yang berada di pintu-pintu Neraka Jahannam, dan manusia-manusia yang berhati iblis, namun berjasad manusia. (Riwayat Abu al-Aswad, Fathul Baary, dan Ibnu Hajar al-Asqalani)
Keempat, Terurainya ikatan Islam
Kelima, Ditinggalkannya hukum Islam
Fenomena umat Islam sekarang ini, sangat jelas bagi kita bahwa banyak umat yang telah meninggalkan nilai-nilai ajaran agamanya baik sengaja maupun karena kebodohannya setelah tumbangnya Khilafah. Para penguasa enggan berpeganteguh pada tali-tali agama dan bahkan merasa bangga ketika menerapkan hokum-hukum produk para penjajah. Lihat hokum kita di Indonesia, bagaimana kita bisa samapai saat ini bangga dengan hokum-hukum Belanda? Logikanya, kalau hokum Belanda bisa dipakai oleh masyarakat yang mayoritas umat Islam, kenapa hokum Allah tidak pernah diuji dan diterapkan dalam kehidupan kita? Padahal para penguasa dan pejabat semenjak merdeka adalah orang-orang muslim. Sementara Allah menegaskan dalam firmanNya tentang kebenaran dan kebaikan hokum-hukumnya;
“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (al-Maa-idaah: 50)
•    Penyakit umat sebagai dampak dari penjajahan
Pertama, Adanya LSM dan yayasan-yayasan sebagai musuh-musuh Islam
Sebenarnya, negara-negara Islam belum sepenuhnya keluar dari cengkeraman para negara egresor dan penjajah, seperti Indonesia, Tunisia, Siria, Mesir, dan negeri-negeri yang lainnya. Mereka masih terjajah. Tidak kah mereka membawa empat slogan yang selalu didengung-dengungkan? Yaitu, God (Tuhan atau penyebaran agama), Gold (Emas), Gospel (kekayaan), dan Glory (kejayaan). Empat tujuan ini masih mereka nikamati, meskipun mereka telah hengkang dari negeri-negeri jajahannya.
Maka meskipun secara fisik dunia Islam tidak terjajah, namun setiap dimensi kejidupan ummat masih dalam cengkeraman konspirasi mereka. Dan konspirasi mereka inilah yang dewasa ini dikerjakan oleh tangan-tangan LSM-LSM dan Yayasan-yayasan yang digerakkan oleh anak-anak muslim yang sudah dicuci otaknya dan yang didanahi oleh mereka, para penjajah. Seperti Freemansory, Rotary Club, Lion Club, LSM sosialis komunis dan yang lainnya. Mereka bergerak sesuai keinginan donatur-donatur mereka yang semuanya ingin memberangus kebenaran Islam.
Kedua, Keterbelakangan umat dari IPTEK dan industri
Setelah peperangan usai dan para penjajah hengkang dari bumi ummat Islam, namun negara-negara ketiga yang notabane negeri muslim semakin hari semakin terbelakang dan terpuruk dalam bidang iptek dan industri. Ini juga merupakan langkah-langkah strategis yang dilakukan pihak Barat dan musuh-musuh Islam yang tidak pernah ingin melihat ada satu negara muslim yang berkembang dan mengalami kemajuan. Mari kita renungkan beberapa komentar dan pernyataan para orientalis berikut ini;
Ø    Salah seorang pejabat pada Kementerian Luar Negeri Perancis pada tahun 1952 mengatakan: “Bahaya yang sebenarnya mengancam kita adalah Islam. Untuk itu marilah kita beri apa yang dibutuhkan oleh dunia Islam serta menanamkan pada diri mereka perasaan ketidakmampuan untuk menjadi negara industri. Apabila kita lemah dalam pelaksanan strategi tersebut, maka kemungkinan besar ummat Islam mencapai kemajuan dan menjadi salah satu kekuatan raksasa di dunia untuk ke dua kalinya.”
Ø    Bekas dictator Portugal, Salazar berkata: “Saya kuwatir akan muncul di tengah umat Islam seorang tokoh yang mampu menyatukan poyensi mereka dan mengarahkannya kepada kita.”
Mungkin kita bisa bertanya; dimanakah posisi negara-negara muslim dewasa ini? Di sasat negara-negara  modern telah berbicara tentang berbagai revolusi besar yang hendak dijalankan; revolusi teknologi, revolusi biologi (geneologi, cloning, penemuan peta gen manusia dan sejenisnya), revolusi elektronik, revolusi ruang angkasa, revolusi komunikasi, informasi dan seterusnya. Di mana posisi kita di tengah negara maju ini?
Ketiga, Paradigma berfikir yang salah
Dalam bidang pemikiran, para penjajah melahirkan antek-antek mereka dari anak-anak negeri untuk mempengerahui ummat Islam tentang cara berfikir yang benar. Mereka mengajak kembali kepada paradigma yang dimiliki oleh para penjajah tersebut bukan kembali kepada Islam. Dengan dalih mereka telah menemukan kemajuan dan sementara dunia Islam dalam kegelapan ilmu pengetahuan. Jadi mereka menyerukan genarasi-generasi muslim untuk berkiblat kepada nilai-nilai yang diyakini para penjajah. Dan nilai-nilai ini bersandarkan kepada keyakinan, filsafat dan adat istiadat yang berkembang di tengah mereka.
Bahkan kita melihat banyak dari kalangan umat ini yang bangga dengan referensi Barat dalam bidang keilmuan yang seharusnya tidak layak untuk dijadikan sebagai referensi maupun rujukan utama. Seperti dalam bidang psikologi yang mengacu kepada pendapat Sigmun Freud, bidang sosiologi dan moral.
Seharusnya, umat ini ketika menjadikan Islam sebagai referensi utama, mereka harus kembali kepada Al-Quran, Al-hadits, Ijma’, Aqwalu Sahabat, Aqwalu Tabi’in dan dalil-dalil yang dibenarkan dan diakui dalam terminology istinbat dan ijtihad.
Keempat, Krisis identitas
Dari hasil kerja para penjajah sebelum mereka meninggalkan negara-negara jajahannya adalah keterbelahan jiwa ummat dalam memegang tali Allah SWT. Mereka menjadi minder ketika disebut muslim, mereka malu dan merasa terbelakang apabila ditanyakan tentang identitas dirinya sebagai muslim. Padahal seharusnya mereka berani menunjukkan dengan jelas apa identitas mereka dan siapa mereka? Hal ini dikarenakan seorang muslim memiliki identitas yang khas, kepribadian independen dan loyalitas yang jelas. Ia adalah pemilik risalat bumi dan pemikul panji dakwah universal yang berkarekter rabbaniah, insaniah dan akhlakiah.
•    Ghazwul Fikri
Ghazwul Fikri (Invasi pemikiran) adalah sebuah sarana musuh-musuh Islam untuk membrangus nilai-nilai Islam lewat media-media mereka yang tersebar di tengah-tengah umat Islam. Seperti media cetak, elektronik dan audio visual. Bisa kita lihat pandangan pornografi di semua lini media diatas. Mulai dari iklan, film, buku, kaset dan situs yang ada di tengah-tengah ummat. Ghazul fikri ini dilakukan dengan tujuan untuk mencuci otak para generasi muslim dengan pemikiran-pemikiran yang destruktif negatif.
Target dan sasaran ghazul fikri
Adapun sasaran dan terget ghazwul fikri bisa dikonklusikan sebagai berikut.
A.    Mencegah ruh Islam tersebar ke seluruh persada bumi
Ø    Menyebarkan berbagai kebohongan tentang syari’at Islam
Ø    Mengangkat segi-segi kelemahan yang ada di berbagai negara Islam dan membebankannya kepada Islam
Ø    Memberikan gambaran bahwa Islam agama kekerasan dan pertunpahan darah
Ø    Menampilkan berbagai keistimewaan Islam sebagai kelemahannya
Ø    Menuduh Islam merusak daya cipta dan kecerdasan pengikutnya
Inilah ungkapan-ungkapan mereka tentang Islam;
Misionaris Takly berkata, “..Kita harus menjelaskan kepada umat Islam bahwa apa yang benar di dalam Al-quran bukanlah sesuatu yang baru. Aka tetapi sesuatu yang baru di dalam Al-Quran belumlah tentu benar.”
Orientalis Perancis berkata, “Agama Muhammad adalah semacam penyakit lepra yang mewabah dan dapat memusnahkan umat manusia secara dahsiat. Siap yang menganut Islam ia akan ditimpa penyakit lemah dan malas…”
Sebagian yang lain berkata, “Kuburan Muhammad bagaikan aliran tiang listrik yang mengalirkan arus kegilaan ke dalam jiwa orang-orang Islam. Hal inilah yang menyebabkan mereka melakukan hal-hal aneh; seperti mengulang-ulang kata “Allah” tanpa batas, dan menghidupkan kebiasaan lama seperti mencaci daging bai, alcohol dan musik…”
B.    Menghancurkan Islam dari dalam
Mereka menikam Islam dari dalam dengan menggunakan budak-budak atau antek-antek mereka untuk menebarkan pemikiran-pemikiran yang negatif destruktif. Dengan menggunakan anak-anak negeri jajahan, diharapkan ghozwul fikri bisa berjalan mulus tanpa ada rintangan yang berarti. Sebagaimana yang kita saksikan dewasa ini tentang gerakan femenisme yang berkembang di berbgai negara Islam yang seolah-olah tidak rela akan kodratnya yang diciptakan beda dengan pria. Mereka mendengungkan slogan emansipasi wanita yang sesungguhnya adalah eksploitasi wanita yang berlebihan dan bertentangan dengan fitarh wanita itu sendiri.
Anehnya dalam Konferensi International Kependudukan dan Pembangunan yang diadakan di Kairo pada tahun 1994, Konferensi yang didukung oleh Barat dan PBB memutuskan sebuah resolusi yang aneh dalam membatasi jumlah penduduk dengan cara-cara sebagai berikut;
ü    Melegalisasi aborsi
ü    Mengusulkan kebebasab sex education dan sex information
ü    Mendorong hubungan seksual ekstra-material
ü    Mendukung ekonomi pasar penyebaran alat-alat kontrasepsi
IV.    SOLUSI DARI BERBAGAI PROBLEMA
Untuk menghadapi berbagai problematika umat dewasa ini, baik yang bersifat permanen dan inheren maupun yang bersifat kontemporer karena faktor eksternal, maka seluruh Umat Islam harus membangun kembali kesadaran akan agamanya dan mengaplikasikan nilai-nilainya dalam setiap dimensi kehidupannya.
Ada tiga fokus yang sangat mendasar, dimana setiap individu muslim harus memperbaiki dirinya dalam hal ini.
Pertama, Memiliki ilmu pengetahuan.
“…Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima  pelajaran.” (az-Zumar: 9)
“…niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (al-Mujaadilah: 11)
Imam Syafi’i berkata, “Sesungguhnya jati diri seorang pemuda—demi Allah—ada dalam  ilmu dan ketakwaannya. Apabila keduanya tidak ada dalam dirinya, maka ia bukanlah pemuda sebenarnya.”
Kedua, Tarbiah secara kontinyu.
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Ali ’Imran: 104)
Ketiga, Berjihad sepanjang masa.
“Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.Danberjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur’an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.” (al-Hajj: 77-78)
Akhirnya, kita hanya bisa berdoa dan berharap semoga kita termasuk orang-orang yang memulai untuk berbenah diri dalam menghadapi berbagai problematika ummat sekarang ini. Wallahu a’lam bish-shawwab.

permatacanberra.wordpress.com/2007/03/11/problematika-ummat-islam/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Object primitif dalam grafika komputer

IP Address

Makalah Integrasi Sistem