Makalah Kemajuan dan Kemunduran Kerajaan Turki Usmani
Di Susun Oleh
Nama : Putu Pradana
NIM : 1403040016
A.
Latar Belakang
Nama kerajaan
Turki Usmani diambil dan dibangsakan pada nenek moyang mereka yang pertama
yaitu Sultan Usmani Ibn Sauji ibn Orthogol Ibn Sulaiman Shah Ibn Kia Alp,
kepala kabilah Kab di Asia Tengah. Kerajaan Turki Usmani semula adalah keluarga kecil suku Ughu / Oghus yang kemudian
bergabung dengan kerajaan Saljuk ketika terkena serangan tentara Mongol.
Keadaan
politik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah
muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar, yaitu: Usmani
di Turki, Mughal di India, dan Safawi diPersia. Kerajaan Usmani di Turki merupakan
kerajaan yang pertama berdiri, dan juga yang terbesar dan paling lama bertahan
di banding dua kerajaan lain yaitu Mughal
dan Safawi.
Kerajaan Turki
Usmani inilah
yang menjadi sebuah pioner dalam perkembangan dunia Islam pada massanya dan
juga kehancurannya menjadi sebuah pembuka masuknya era industrialisasi ke
dunia Islam
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Kemajuan Kerajaan Turki Usmani ?
2.
Apa Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Kemajuan Kerajaan Turki Usmani ?
3.
Bagaimana Keadaan Proses Kemajuan dan
Kemunduran Kerajaan Turki Usmani?
C.
Tujuan
1.
Menjelaskan Kemajuan dan Kemunduran
Kerajaan Turki Usmani
2.
Menjelaskan Kemajuan dan Kemunduran
Kerajaan Turki Usmani dari Masa ke- masa
3.
Mengetahui Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Kemajuan dan Kemunduran Kerajaan Turki Usmani
Pada
awalnya kerajaan Turki Usmani hanya
memiliki wilayah yang sangat kecil, namun dengan adanya dukungan militer, tidak
beberapa lama Turki Usmani menjadi kerajaan yang besar bertahan dalam kurun
waktu yang lama.
Kemajuan
dan perkembangan ekspansi kerajaan Turki Usmani yang
demikian luas dan berlangsung cepat itu diikuti pula oleh kemajuan-kemajuan
dalam bidang –bidang kehidupan yang lain.
Kemajuan
Kerajaan Turki Usmani
Pemerintahan Dinasti Usmani (1281-1924 M.) didirikan oleh Usman cucu
Orthogol, bangsa Turki, dan kabilah Oghus yang berasal dari Mongol.
Setelah Orthogol meninggal dunia pada tahun 1289 M, (atas penunjukan sultan
Alauddin), kepemimpinan dilanjutkan oleh cucunya Usman. Cucu Ortoghol inilah
yang kemudian dianggap sebagai pendiri kerajaan Usmani. Usman memerintah antara
1290-1326 M, ia sebagaimana eyangnya (Ortoghol), banyak berjasa pada Sultan
Alauddin II (Sultan Saljuk Rum) dengan keberhasilannya menduduki
benteng-benteng Bizantium yang berdekatan dan kota Broessa[3].
Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol
menyerang kerajaan Saljuk dan Sultan Alaudin II terbunuh. Kerajaan Saljuk Rum
ini kemudian terpecah-pecah di dalam beberapa kerajaan. Usmani pun menyatakan
kemerdekaannya dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah
kerajaan Usmani dinyatakan berdiri. Penguasa pertamanya adalah Usman atau yang
disebut Usman I.
Tahun demi tahun daerah kekuasaan Usmani terus meluas, kekuasaan dipegang oleh khalifah-khalifah yang banyak jumlahnya. Dimulai dari sang pendirinya yakni Usman I putra Sauji ibn Orthoghol (1281-1324 M) sampai pada khalifah terakhir Abdul Majid II (1922-1924 M)[4].Setelah Usman pengumumkan dirinya sebagai Padishah Ali Usman (Raja besar keluarga Usman) tahun 699 H (1300 M) setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat diperluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukkan kota Broessa pada tahun 1317 M, kemudian pada tahun 1326 M dijadikan sebagai ibu kota kerajaan.
Tahun demi tahun daerah kekuasaan Usmani terus meluas, kekuasaan dipegang oleh khalifah-khalifah yang banyak jumlahnya. Dimulai dari sang pendirinya yakni Usman I putra Sauji ibn Orthoghol (1281-1324 M) sampai pada khalifah terakhir Abdul Majid II (1922-1924 M)[4].Setelah Usman pengumumkan dirinya sebagai Padishah Ali Usman (Raja besar keluarga Usman) tahun 699 H (1300 M) setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat diperluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukkan kota Broessa pada tahun 1317 M, kemudian pada tahun 1326 M dijadikan sebagai ibu kota kerajaan.
Perkembangan wilayah dan pemerintahan Kerajaan Turki Usmani
Kerajaan Turki Usmani – Erthogrol adalah pemimpin Turki Usmani yang telah
mendapat suatu daerah di bagianIskisyhar. Daerah ini mereka jadikan ibukota
kerajaan untuk mengembangkan perjuangan umat Islam, khususnya di Turki Usmani.
Setelah Erthogrol meninggal dunia pada tahun 1289 M, kepemimpinan
dilanjutkan oleh puteranya bernama Usman. Putra Erthogrol inilah yang dianggap
sebagai pendiri kerajaan Usmani. Usman memerintah antara tahun 1290 M-1326 M.
Sebagaimana ayahnya, ia banyak berjasa kepada Sultan Alaudin II dengan
keberhasilannya menduduki benteng-benteng Bizantium yang berdekatan dengan kota
Broessa.
Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang kerajaan Saljuk sehingga
Alauddin terbunuh. Kerajaan Saljuk ini kemudian terpecah-pecah dalam
beberapakerajaan kecil. Usman pun menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh
atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah kerajaan Usman dinyatakan berdiri.
Pengurus pertamanya adalah Usman yang sering juga disebut Usman I.
Setelah Usman I menyatakan dirinya sebagai Padisyah Al Usman (Raja besar
keluarga Usman) tahun 699 H (1300 M) setapak demi setapak wilayah kerajaan
dapat diperluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukkan
kota Broessa tahun 1317 M, kemudian pada tahun 1326 M dijadikan sebagai ibu
kota kerajaan. Berikut perluasan wilayah kerajaan Turki Usmani :
1. Sultan Ustman bin Urtoghal (699-726 H/ 1294-1326 M)
Kerajaan Turki Usmani – Ketika Usman
sebagai pemimpin kerajaan Turki, dan sesaat setelah dia mengumumkan dirinya
sebagai Padisyah al-Usman (raja besar keluarga Usman), pada
tahun 1300 M. dia memulai mengembangkan wilayah Islam. Perluasan wilayah
(ekspansi) para Sultan Utsmani menjadi model. Hal ini berlangsung paling tidak
sampai dengan masa Pemerintahan Sulaiman I. untuk mendukung hal itu, Orkhan
membentuk pasukan tangguh yang dikenal dengan Inkisyariyyah. Pasukan Inkisyariyah adalah
tentara utama Dinasti Utsmani yang terdiri dari bangsa Georgia dan Armenia yang
baru masuk Islam. Ternyata, dengan pasukan tersebut seolah-olah Dinasti Utsmani
memiliki mesin perang yang paling kuat dan memberikan dorongan yang besar
sekali bagi penaklukan negeri-negeri non Muslim. Maka pada masa orkhan I
kerajaan Turki Utsmani dapat ditaklukkan Azmir (Asia kecil), tahun 1327,
Thawasyani (1330), Uskandar (1338), Ankara (1354), dan Gholipolli (1356).
Daerah Golipolli ini adalah bagian dunia Eropa yang pertama kali dapat dikuasai
kerajaan Utsmani.
1. Sultan Urkhan bin Utsman (726-761 H/ 1326-1359 M)
Kerajaan Turki Usmani – Sultan Urkhan adalah putera Utsman I. sebelum
urkhan ditetapkan menjadi raja, ia telah banyak membantu perjuangan ayahnya.
Dia telah menjadikan Brousse sebagai ibu kota kerajaannya.[7]Pada masa
pemerintahannya, dia berhsil mengalahkan dan menguasai sejumlah kota di selat
Dardanil. Tentara baru yang dibentuk oleh Urkhan I diberi nama Inkisyaiah.
Pasukan ini dilengkapi dengan persenjataan dan pakaian seragam. Di zaman inilah
pertama kali dipergunakan senjata meriam.
1. Sultan Murad I bin Urkhan (761-791 H/ 1359-1389 M)
Kerajaan Turki Usmani – Pengganti sultan
Urkhan adalah Sultan Murad I. selain memantapkan keamanan di dalam negrinya,
sultan juga meneruskan perjuangan dan menaklukkan beberapa daerah ke benua
eropa. Ia menaklukkan Adrianopel/ Edirne, yang kemudian dijadikan sebagai
ibukota kerajaan yang baru serta membentuk pasukan berkuda (Kaveleri).
Perjuangannya terus dilanjutkan dengan menaklukkan Macedonia, Shopia ibukota
Bulgaria, dan seluruh wilayah bagian utara Yunani.Karena banyaknya kota-kota
yang ditaklukkan oleh Murad I, pada waktu itu bangsa Eropa mulai cemas.
Akhirnya raja-raja Kristen Balkan meminta bantuan Paus Urban II untuk mengusir
kaum muslimin dari daratan Eropa. Maka peperangan antara pasukan Islam dan
Kristen Eropa pada tahun 765 H (1362 M). Peperangan itu dimenangkan oleh
pasukan Murad I, sehingga Balkan jatuh ke tangan umat Islam. Selanjutnya
pasukan Murad I merayap terus menguasai Eropa Timur seperti Somakov, Sopia
Monatsir, dan Saloniki.
1. Sultan Bayazid I bin Murad ( 791-805 H/ 1389-1403 M)
Kerajaan Turki Usmani – Bayazid adalah putra Murad I. Ia meneruskan
perjuangan ayahnya dengan memperluas wilayahnya seperti Eiden, Sharukan, dan
Mutasya di Asia Kecil dan Negeri-negeri bekas kekuasaan Bani saluki. Bayazid
sangat besar pengaruhnya, sehingga mencemaskan Paus. Kemudian Paus Bonifacius
mengadakan penyerangan terhadap pasukan Bayazid, dan peperangan inilah yang
merupakan cikal bakal terjadinya Perang Salib.Tentara Salib ketika itu terdiri
dari berbagai bangsa, namun dapat dilumpuhkan oleh pasukan Bayazid. Namun pada
peperangan berikutnya ketika melawan Timur Lenk di Ankara, Bayazid dapat ditaklukkan,
sehingga mengalami kekalahan dan ketika itu Bayazid bersama putranya Musa
tertawan dan wafat dalam tahanan Timur Lenk pada tahun 1403 M. Kekalahan
Bayazid di Ankara itu membawa akibat buruk bagi Turki Usmani, sehingga
penguasa-penguasa Saljuk di Asia Kecil satu persatu melepaskan diri dari
genggaman Turki Usmani. Hal ini berlangsung sampai pengganti Bayazid muncul.
1. Sultan Muhammad I bin Bayazid (816-824 H/ 1413-1421 M)
Kekalahan Bayazid membawa akibat buruk terhadap penguasa-penguasa Islam
yang semula berada di bawah kekuasaan Turki Usmani, sebab satu sama lain
berebutan, seperti wilayah Serbia, dan Bulgeria melepaskan diri dari Turki
Usmani. Suasana buruk ini baru berakhir setelah Sultan Muhammad I putra Bayazid
dapat mengatasinya. Sultan Muhammad I berusaha keras menyatukan kembali
negaranya yang telah bercerai berai itu kepada keadaan semula. Berkat usahanya
yang tidak mengenal lelah, Sultan Muhammad I dapat mengangkat citra Turki
Usmani sehingga dapat bangkit kembali, yaitu dengan menyusun pemerintahan,
memperkuat tentara dan memperbaiki kehidupan masyarakat. Akan tetapi saat
rakyat sedang mengharapkan kepemimpinannya yang penuh kebijaksaan itu, pada
tahun 824 H (1421 M) Sultan Muhammad I meninggal.
1. Sultan Murad II bin Muhammad ( 824-855 H/ 1421-1451 M)
Sepeninggalannya Sultan Muhammad I, pemerintahan diambil alih oleh Sultan
Murad II. Cita-citanya adalah melanjutkan usaha perjuangan Muhammad I.
Perjuangan yang dilaksanakannya adalah untuk menguasai kembali daerah-daerah
yang terlepas dari kerajaan Turki Usmani sebelumnya. Daerah pertama yang
dikuasainya adalah Asia Kecil, Salonika Albania, Falokh, dan Hongaria.Setelah
bertambahnya beberapa daerah yang dapat dikuasai tentara Islam, Paus Egenius VI
kembali menyerukan Perang Salib. Tentara Sultan Murad II menderita kekalahan
dalam perang salib itu. Akan tetapi dengan bantuan putranya yang bernama
Muhammad, perjuangan Murad II dapat dilanjutkan kenbali yang pada akhirnya
Murad II kembali berjaya dan keadaan menjadi normal kembali sampai akhir
kekuasaan diserahkan kepada putranya bernama Sultan Muhammad Al-Fatih.
1. Sultan Muhammad Al-Fatih (855-886 H/ 1451-1481 M)
Setelah Sultan Murad II meninggal dunia,
pemerintahan kerajaan Turki Usmani dipimpin oleh putranya Muhammad II atau
Muhammad Al-Fatih. Ia diberi gelar Al-fatih karena dapat menaklukkan
Konstantinopel. Muhammad Al-Fatih berusaha membangkitkan kembali sejarah umat
Islam sampai dapatmenaklukkan Konstantinopel sebagai ibukota Bizantium.
Konstantinopel adalah kota yang sangat penting dan belum pernah dikuasai
raja-raja Islam sebelumnya. Seperti halnya raja-raja dinasti Turki Usmani
sebelumnya, Muhammad Al-Fatih dianggap sebagi pembuka pintu bagi perubahan dan
perkembangan Islam yang dipimpin Muhammad.Tiga alasan Muhammad menaklukkan
Konstantinopel, yaitu:
1.
Dorongan iman kepada Allah SWT, dan
semangat perjuangan berdasarkan hadits Nabi Muhammad saw untuk menyebarkan
ajaran Islam.
2.
Kota Konstantinopel sebagai pusat kemegahan
bangsa Romawi.
3.
Negrinya sangat indah dan letaknya
strategis untuk dijadikan pusat kerajaan atau perjuangan.
Usaha mula-mula umat Islam untuk menguasai kota Konstantinopel dengan cara
mendirikan benteng besar dipinggir Bosporus yang berhadapan dengan benteng yang
didirikan Bayazid. Benteng Bosporus ini dikenal dengan nama Rumli Haisar
(Benteng Rum).Benteng yang didirikan umat Islam pada zaman Muhammad Al-Fatih
itu dijadikan sebagai pusat persediaan perang untuk menyerang kota
Konstantinopel. Setelah segala sesuatunya dianggap cukup, dilakukan pengepungan
selama 9 bulan. Akhirnya kota Konstantinopel jatuh ke tangan umat Islam ( 29
Mei 1453 M) dan Kaitsar Bizantium tewas bersama tentara Romawi Timur. Setelah
memasuki Konstantinopel disana terdapat sebuah gereja Aya Sofia yang kemudian
dijadikan masjid bagi umat Islam.
Setelah kota Konstantinopel dapat ditaklukkan, akhirnya kota itupun
dijadikan sebagai ibukota kerajaan Turki Usmani dan namanya diganti menjadi
Istanbul. Jatuhnya kota Konstantinopel ke tangan umat Islam, berturut-turut
pula dapat dikuasai negri sekitarnya seperti Servia, Athena, Mora, Bosnia, dan
Italia. Setelah pemerintahan Sultan Muhammad, berturut-turut kerajaan Islam
dipimpin oleh beberapa Sultan, yaitu:
1.
Sultan Bayazid II (1481-1512 M)
2.
Sultan Salim I (918-926 H/ 1512-1520 M)
3.
Sultan Sulaiman (926-974 H/ 1520-1566 M)
4.
Sultan Salim II (974-1171 H/ 1566-1573
M)
5.
Sultan Murad III ( 1573-1596 M)
Setelah pemerintahan Sultan Murad III, dilanjutkan oleh 20 orang Sultan
Turki Usmani sampai berdirinya Republik Islam Turki. Akan tetapi kekuasaan
sultan-sultan tersebut tidak sebesar kerajaan-kerajaan sultan-sultan
sebelumnya. Para sultan itu lebih suka bersenang-senang., sehingga melupakan
kepentingan perjuangan umat Islam. Akibatnya, dinasti turki Usmani dapat
diserang oleh tentara Eropa, seperti Inggris, Perancis, dan Rusia. Sehingga
kekuasaan Turki Usmani semakin lemah dan berkurang karena beberapa negri
kekuasaannya memisahkan diri,diantaranya adalah:
1.
Rumania melepaskan diri dari Turki
Usmani pada bulan Maret 1877 M.
2.
Inggris diizinkan menduduki Siprus bulan
April 1878 M.
3.
Bezarabia, Karus, Ardhan, dan Bathum
dikuasai Rusia.
4.
Katur kemudian menjadi daerah kekeusaan
Persia.
Dengan adanya berbagai ekspansi,
menyebabkan ibukota dinasti usmani berpindah-pindah. Sebagai contoh,
sebelum Usman I memimpin Dinasti Utsmani, ia mengambil kota Sogud sebagai
ibukotanya. Kemudian setelah penguasa Dinasti Utsmani dapat menaklukkan Broessa
pada tahun 1317, maka pada tahun 1326 Broessa dijadikan ibukota pemerintahan.
Hal ini berlangsung sampai pemerintahan Murad I. ternyata, di masa Murad I kota
Adrianopel yang ditaklukkannya itu dijadikan sebagai ibukota pemerintahan.
Sampai ditaklukkanya Constantinopel oleh Muhammad II, yang kemudian diganti
namanya menjadi Istambul sebagai ibukota pemerintahan yang terakhir.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kesuksesan Dinasti Turki Utsmani dalam
perluasan wilayah Islam, dan antara lain adalah:
1. ke-mampuan orang-orang Turki dalam strategi perang terkombinasi dengan
cita-cita memperoleh ghanimah, harta rampasan perang;
2.
sifat dan karakter orang Turki yang
selalu ingin maju dan tidak pernah diam serta gaya hidupnya yang sederhana,
sehingga memudahkan untuk tujuan penyerangan;
3.
semangat jihad dan ingin mengembangkan
Islam;
4.
letak Istambul yang sangat strategis
sebagai ibukota kerajaan juga sangat menunjang kesuksesan perluasan wilayah ke
Eropa dan Asia. Istambul terletak antara dua benua dan dua selat (selat
Bosphaoras dan selat Dardanala), dan pernah menjadi pusat kebudayaan dunia,
baik kebudayaan Macedonia, kebudayaan Yunani maupun kebudayaan Romawi Timur;
5.
kondisi kerajaan-kerajaan di sekitarnya
yang kacau memudahkan Dinasti Utsmani mengalahkannya.
Kemunduran Kerajaan Turki Usmani
Riwayat
Kerajaan Utsmani yang telah berdiri kurang lebih selama 625 tahun harus
berakhir pada 3 Maret 1924. Majelis Nasional Agung dalam sidang sejak Februari
1924 memutuskan untuk menghapus jabatan khalifah pada 93 tahun lalu. Abdul
Majid II yang menjabat khalifah dipersilakan meninggalkan Turki. Ia bersama
keluarganya menuju Swiss.
Dinasti Ustmani berkuasa lebih dari enam abad. Wilayah kekuasaannya meliputi sebagian Asia, Afrika, dan Eropa. Puncak kejayaan Utsmani berlangsung pada masa pemerintahan Sulaiman I (1520-1566). Setelah itu, Utsmani semakin lemah karena pemertakan internal dan kalah perang melawan bangsa Eropa. Kerajaan Utsmani akhirnya diganti dengan Republik Turki.
Dalam buku Ensiklopedi Islam dijelaskan, Kerajaan Ottoman mulai melemah setelah wafatnya Sulaiman al-Qanuni. Sultan-sultan yang menggantikannya umumnya lemah dan tidak berwibawa. Penyebab lainnya adalah kehidupan mewah dan berlebih-lebihan di kalangan pembesar istana, sehingga banyak terjadi penyimpangan dalam keuangan negara.
Pada masa pemerintahan Sultan Ibrahim (1640-1648) suasana dalam negeri Kerajaan Ottoman menjadi semakin kacau. Para wanita (ibu suri dan permaisuri) turut campur dalam mengendalikan roda pemerintahan. Ibrahim adalah seorang sultan yang sangat lemah, sehingga ia hanya dijadikan boneka oleh wazirnya (perdana menteri) yang bernama Mustafa.
Pada hakikatnya Mustafalah yang memegang tampuk kekuasaaan. Akan tetapi, kepemimpinan Mustafa tidak mampu menentramkan suasana, bahkan mengundang banyak permusuhan di kalangan pembesar istana. Pada 1876 Sultan Hamid II naik takhta.
Pemerintahannya bersifat absolut dan penuh kekerasan. Karena itu, timbul rasa tidak senang baik di kalangan sipil maupun di kalangan militer. Gerakan-gerakan oposisi terhadap pemerintah absolut Sultan Abdul Hamid II inilah yang kemudian dikenal dengan nama Gerakan Turki Muda dengan pelopornya, antara lain, Ahmad Riza (1859-1931), Muhammad Murad (1853-1912), dan pangeran Sahabuddin (1877-1948).
Sementara itu, kelompok militer semakin memperketat usaha mereka untuk menggulingkan Sultan dengan membentuk komite-komite rahasia, seperti komite perkumpulan persatuan dan kemajuan. Salah seorang pemimpin komite itu adalah Mustafa Kemal yang kemudian populer dengan panggilan Kemal Ataturk (Bapak Bangsa Turki).
Dinasti Ustmani berkuasa lebih dari enam abad. Wilayah kekuasaannya meliputi sebagian Asia, Afrika, dan Eropa. Puncak kejayaan Utsmani berlangsung pada masa pemerintahan Sulaiman I (1520-1566). Setelah itu, Utsmani semakin lemah karena pemertakan internal dan kalah perang melawan bangsa Eropa. Kerajaan Utsmani akhirnya diganti dengan Republik Turki.
Dalam buku Ensiklopedi Islam dijelaskan, Kerajaan Ottoman mulai melemah setelah wafatnya Sulaiman al-Qanuni. Sultan-sultan yang menggantikannya umumnya lemah dan tidak berwibawa. Penyebab lainnya adalah kehidupan mewah dan berlebih-lebihan di kalangan pembesar istana, sehingga banyak terjadi penyimpangan dalam keuangan negara.
Pada masa pemerintahan Sultan Ibrahim (1640-1648) suasana dalam negeri Kerajaan Ottoman menjadi semakin kacau. Para wanita (ibu suri dan permaisuri) turut campur dalam mengendalikan roda pemerintahan. Ibrahim adalah seorang sultan yang sangat lemah, sehingga ia hanya dijadikan boneka oleh wazirnya (perdana menteri) yang bernama Mustafa.
Pada hakikatnya Mustafalah yang memegang tampuk kekuasaaan. Akan tetapi, kepemimpinan Mustafa tidak mampu menentramkan suasana, bahkan mengundang banyak permusuhan di kalangan pembesar istana. Pada 1876 Sultan Hamid II naik takhta.
Pemerintahannya bersifat absolut dan penuh kekerasan. Karena itu, timbul rasa tidak senang baik di kalangan sipil maupun di kalangan militer. Gerakan-gerakan oposisi terhadap pemerintah absolut Sultan Abdul Hamid II inilah yang kemudian dikenal dengan nama Gerakan Turki Muda dengan pelopornya, antara lain, Ahmad Riza (1859-1931), Muhammad Murad (1853-1912), dan pangeran Sahabuddin (1877-1948).
Sementara itu, kelompok militer semakin memperketat usaha mereka untuk menggulingkan Sultan dengan membentuk komite-komite rahasia, seperti komite perkumpulan persatuan dan kemajuan. Salah seorang pemimpin komite itu adalah Mustafa Kemal yang kemudian populer dengan panggilan Kemal Ataturk (Bapak Bangsa Turki).
Pada
1908 perkumpulan Persatuan dan Kemajuan dapat mendesak Sultan Abdul Hamid II
untuk menghidupkan kembali Konstitusi 1876. Akibat desakan itu, pemilihan umum
diadakan dan terbentuklah parlemen baru yang diketuai oleh Ahmad Riza dari
perkumpulan Persatuan dan Kemajuan. Di dalam parlemen baru itu, Turki muda juga
turut memegang kekuasaan.
KESIMPULAN
Kerajaan
Turki Usmani pada awalnya hanya memiliki wilayah yang sangat kecil, namun
dengan adanya dukungan militer, tidak beberapa lama Turki Usmani menjadi
kerajaan yang besar bertahan dalam kurun waktu yang lama.
Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan Turki Usmani yang demikian luas dan berlangsung cepat itu diikuti pula oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang –bidang kehidupan yang lain.
Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan Turki Usmani yang demikian luas dan berlangsung cepat itu diikuti pula oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang –bidang kehidupan yang lain.
Puncak kejayaan Turki Usmani terjadi pada masa kekuasaan Sulaiman al-Qanuni. Beliau raja yang sangat terkenal di dunia dan juga penguasa yang Shaleh.
Sedangkan periode kemundurannya dimulai karena terjadinya perjanjian Carltouiz (26 Januari 1699) antara Turki Usmani dengan Australia, Polandia, Venesia, dan Inggris.
Demikian ulasan singkat seputar Kerajaan Turki Usmani, semoga
bermanfaat.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Badri Yatim, Sejarah Peradaban
Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003
·
Dedi Supriyadi, Sejarah
Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2008.
·
Hamka, Sejarah Umat Islam III,
Jakarta: Bulan Bintang, Tanpa Tahun
·
Ira Lapidus, Sejarah social
Ummat Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999.
·
Mahayudin yahaya dan Ahmad Jaelani
Halimi, Sejarah Islam, Selangor: Fajar Bakti, 1995.
·
Moh. Nurhakim, Sejarah dan Peradaban
Islam, Malang: UMM Press, 2004.
·
Philip K. Hitti,History of The Arabs Trj.Cecep
lukman dan Dedi slamet riyadi,History Of
·
The arabs(jakarta :PT.Serambi Ilmu Semesta,2010)
·
Samsul Munir Amin, Sejarah
Peradaban Islam,Jakarta: Amzah, 2009.
·
Taufiqurrahman, sejarah Sosial
Politik Masharakat Islam Daras Sejarah Peradaban Islam, Surabaya: CV
Malowopati, 2003.
·
http://www.surgamakalah.com/2011/09/islam-di-turki-masa-lalu.html
·
Didi Supriyadi, Sejarah
Peradaban Islam, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2008), h 248
·
Taufiqurrahman, Sejarah
Sosial Politik Masyarakat Islam Daras Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya
: CV Malowopati, 2003)
·
http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/17/03/03/om8pwu282-faktorfaktor-penyebab-hancurnya-khalifah-utsmani
·
Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003)
·
Lihat, Hamka, Sejarah
Umat Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, tanpa tahun)
·
Moh Nurhakim, Sejarah
dan Peradaban Islam, (Malang : UMM Press, 2004),
·
Di kutib dari buku
Mahayuddin yahaya dan ahmad jeilani halimi, sejarah Islam, (Selangor,
Fajar Bakti, 1993), h 396
·
http://www.surgamakalah.com/2011/09/islam-di-turki-masa-lalu.html
Jenis iklan lebih berkesan sebagai sebuah artikel daripada sebuah iklan Syair Hk Malam Ini karena seringkali memang dalam bentuk artikel yang membahas suatu masalah atau sekedar memberi informasi tertentu. Dimana kelompok pertama berlaku bagi aktivitas pemasaran yang kena komisi biro iklan, ini dimasukkan dalam ‘cost of sales’ dan dikurangi sebelum ditentukan gross profit. Merupakan kelompok bagi iklan yang menggunakan kombinasi dari kedua media diatas dalam satu aktivitas. Contoh, iklan poster, iklan baliho, iklan banner, iklan flyer, iklan leaflet, trade promo, sampling dan lainnya, yang seringkali disatukan dengan sebuah aktivitas pemasaran .
BalasHapusDengan iklan TV yang bagus, Anda menentukan bagaimana Anda ingin audiens Anda bereaksi. Ini tidak seperti metode periklanan lainnya, seperti cetak, yang tidak memberi Anda kendali atas bagaimana klien membaca iklan. Dengan iklan TV,